Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,yang artinya :

“tidaklah tinggal dari tanda-tanda kenabian kecuali berita-berita gembira”. Para sahabat bertanya :”apa itu berita-berita gembira?”, Rasulullah saw bersabda: “mimpi yang baik” (hr. Bukhari).

Jumat, 30 September 2011

Barkhausen stability criterion


Kriteria stabilitas Barkhausen adalah kondisi untuk menentukan kapan elektronik sirkuit akan berosilasi. Itu dikemukakan pada tahun 1921 oleh fisikawan Jerman Heinrich Georg Barkhausen (1881-1956). Hal ini banyak digunakan di desain osilator elektronik, dan juga dalam desain umpan balik negatif umum sirkuit seperti op amp, untuk mencegah mereka dari berosilasi. kriteria Barkhausen yang berlaku untuk sirkuit dengan loop umpan balik, sehingga tidak dapat diterapkan untuk satu port elemen perlawanan aktif negatif seperti oscillator dioda terowongan. Ini menyatakan bahwa jika adalah keuntungan dari penguatan unsur dalam rangkaian dan merupakan fungsi transfer jalur umpan balik, sehingga adalah gain loop di sekitar umpan balik loop rangkaian, rangkaian akan menopang steady-state osilasi hanya jika Gain loop sama dengan kesatuan dalam absolut besar, yaitu, Pergeseran fasa sekitar loop adalah nol atau integer beberapa 2π: Barkhausen kriteria adalah kondisi yang diperlukan untuk osilasi, tidak cukup. Ini berarti ada beberapa sirkuit yang memenuhi kriteria tetapi tidak berosilasi. Ini dapat dibedakan dengan kriteria kestabilan Nyquist, yang penting dan cukup. Salah versi Barkhausen's asli "rumus untuk diri-eksitasi", dimaksudkan untuk menentukan osilasi frekuensi dari umpan balik, yang terlibat tanda kesetaraan: | βA | = 1. Pada waktu itu nonlinier kondisional yang stabil adalah kurang dipahami, secara luas diyakini bahwa ini memberikan batas antara stabilitas (| ΒA | <1) dan ketidakstabilan (| βA | ≥ 1), dan ini versi keliru menemukan jalan ke literatur. [ 1] Namun, osilasi stabil hanya terjadi pada frekuensi yang memegang kesetaraan.
Baca Selengkapnya...

Gas "Greenhouse"



Pada tahun 1990 di Rio de Janeiro, USA dan negara negara lain menyatakan perang terhadap musuh musuh kasat mata yaitu gas gas "greenhouse". Menurut hasil studi yang berjudul "Impact of Nuclear Energy on U.S. Electric Utility Fuel Use and Atmospheric Emissions: 1973 1995" menyebutkan bahwa energi nuklir adalah faktor tunggal yang paling penting di dalam pengurangan emisi karbon sebesar 1.9 milyar metrik ton CO2"> untuk sektor kelistrikan di USA. Tanpa nuklir, bahan bakar fosil sudah digunakan untuk memproduksi listrik bagi pertumbuhan ekonomi USA dan kebutuhan yang meningkat karena pertambahan penduduk. Dengan peningkatan kebutuhan listrik rata rata 40% sejak tahun 1973 dan penggunaan bahan bakar fosil, 3.2 milyar ton batubara, 3.37 trilyun meter kubik gas alam dan 2.2 milyar barrel minyak bumi, dengan unjuk kerja nuklir pada tahun 1987 1989 sebagai dasar pertimbangan, maka emisi gas karbon atau CO2 dapat dikurangi sampai 37 juta ton per tahun dari tahun 1990 sampai tahun 1995. Emisi CO2 secara nasional telah menurun 25% karena penggunaan pembangkit nuklir dibandingkan jika bahan bakar fosil digunakan. Pembangkit nuklir telah membantu mencegah pengeluaran 146 juta metrik ton emisi karbon pada tahun 1995. Dari hasil ini diharapkan tercapai program nasional pengurangan emisi karbon sampai 108 juta metrik ton per tahun, sehingga akan diperoleh stabilitas emisi gas "greenhouse" sebesar level tahun 1990 pada tahun 2000.

Masih banyak dokumen dokumen hasil studi yang menyatakan keuntungan demi terciptanya lingkungan bersih dengan menggunakan energi nuklir. Studi tersebut menyatakan pembangkit nuklir telah membantu pengurangan emisi sebanyak 75 juta ton SO2 dan 32 juta ton NOx secara komulatif antara tahun 1973 sampai dengan tahun 1995. Pada tahun 1995, pembangkit nuklir mengurangi 5.1 juta ton SO2. Dan ini merupakan hampir setengah dari jumlah target yang disepakati oleh program yang disebut dengan "Clean Air Act Amendments of 1990". Energi nuklir juga mecegah pelepasan 2.5 juta ton NOx, dimana nilai ini melebihi dari target yang ditentukan sebesar 2 juta ton NOx oleh Clean Air Act Amendments of 1990 tersebut di atas. 
Baca Selengkapnya...

The basic laws of electricity


Dalam dunia listrik dikenal beberapa hukum-hukum dasar listrik, yaitu:
1. Hukum Faraday
2. Hukum Ampere-Biot-Savart
3. Hukum Lenz
4. Prinsip Konversi Energi Elektromekanik

Kesemua hukum diatas, bersama dengan hukum kekekalan energi akan menjelaskan mengenai prinsip kerja dasar dari suatu mesin listrik dinamis.

Artikel kali ini akan menjelaskan secara sederhana hubungan kesemua hukum tersebut. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Hukum Faraday

Michael faraday (1791-1867), seorang ilmuwan jenius dari inggris menyatakan bahwa:

1. Jika sebuah penghantar memotong garis-garis gaya dari suatu medan magnetik (flux) yang konstan, maka pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi.
2. Perubahan flux medan magnetik didalam suatu rangkaian bahan penghantar, akan menimbulkan tegangan induksi pada rangkaian tersebut.


Kedua pernyataan beliau diatas menjadi hukum dasar listrik yang menjelaskan mengenai fenomena induksi elektromagnetik dan hubungan antara perubahan flux dengan tegangan induksi yang ditimbulkan dalam suatu rangkaian, aplikasi dari hukum ini adalah pada generator. Gambar 1 akan menjelaskan mengenai fenomena tersebut.


Gambar 1. Hukum Faraday, Induksi Elektromagnetik.

Hukum Ampere-Biot-Savart

3 orang ilmuwan jenius dari perancis, Andre Marie Ampere (1775-1863), Jean Baptista Biot (1774-1862) dan Victor Savart (1803-1862) menyatakan bahwa:

“Gaya akan dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar yang berada diantara medan magnetik”

Hal ini juga merupakan kebalikan dari hukum faraday, dimana faraday memprediksikan bahwa tegangan induksi akan timbul pada penghantar yang bergerak dan memotong medan magnetik. Hukum ini diaplikasikan pada mesin-mesin listrik, dan gambar 2 akan menjelaskan mengenai fenomena tersebut.




Gambar 2. Hukum Ampere-Biot-Savart, Gaya induksi Elektromagnetik.

Hukum Lenz

Pada tahun 1835 seorang ilmuwan jenius yang dilahirkan di Estonia, Heinrich Lenz (1804-1865) menyatakan bahwa:

“arus induksi elektromagnetik dan gaya akan selalu berusaha untuk saling meniadakan (gaya aksi dan reaksi)”

Sebagai contoh, jika suatu penghantar diberikan gaya untuk berputar dan memotong garis-garis gaya magnetik, maka pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi (hukum faraday). Kemudian jika pada ujung-ujung penghantar tersebut saling dihubungkan maka akan mengalir arus induksi, dan arus induksi ini akan menghasilkan gaya pada penghantar tersebut (hukum ampere-biot-savart). Yang akan diungkapkan oleh Lenz adalah gaya yang dihasilkan tersebut berlawanan arah dengan arah gerakan penghantar tersebut, sehingga akan saling meniadakan.

Hukum Lenz inilah yang menjelaskan mengenai prinsip kerja dari mesin listrik dinamis (mesin listrik putar) yaitu generator dan motor. 



Gambar 3. Hukum Lenz- gaya aksi dan reaksi.

Konversi Energi Elektromekanik

Ketiga hukum dasar listrik diatas terjadi pada proses kerja dari suatu mesin listrik dan hal ini merupakan prinsip dasar dari konversi energi. Secara garis besar, elektromekanik dari mesin listrik dinamis dinyatakan:

“Semua energi listrik dan energi mekanik mengalir kedalam mesin, dan hanya sebagian kecil saja dari energi listrik dan energi mekanik yang mengalir keluar mesin (terbuang) ataupun disimpan didalam mesin itu sendiri, sedangkan energi yang terbuang tersebut dalam bentuk panas”

Sedangkan hukum kekelan energi pertama menyatakan bahwa:

“energi tidak dapat diciptakan, namun dapat berubah bentuk dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya”

Aplikasi dari 4 dasar prinsip kerja mesin listrik dinamis dan hukum kekalan energi digambarkan sebagai berikut:



Gambar 4. Prinsip Konversi Energi Elektromekanik.

Tanda positif (+) menunjukkan energi masuk, sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan energi keluar. Panas yang dihasilkan dari suatu mesin yang sedang melakukan proses selalu dalam tanda negatif (-).

Sedangkan untuk energi yang tersimpan, tanda positif (+) menujukkan peningkatan energi yang tersimpan, sedangkan tanda negatif (-) menunjukkan pengurangan energi yang tersimpan.

Keseimbangan dari bentuk-bentuk energi diatas tergantung dari nilai efisiensi mesin dan sistem pendinginannya.

Baca Selengkapnya...

Kamis, 29 September 2011

7 Ciri orang "Sok Tahu"




'Sok tahu' pada dasarnya adalah "merasa sudah cukup berpengetahuan" padahal sebenarnya kurang tahu. Masalahnya, orang yang sok tahu biasanya tidak menyadarinya. Lantas, bagaimana kita tahu bahwa kita 'sok tahu'? Mari kita mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Ada beberapa ciri 'sok tahu' yang bisa kita dapatkan bila kita menggunakan perspektif surat al-'Alaq.

1. Enggan Membaca

Ketika disuruh malaikat Jibril, "Bacalah!", Rasulullah Saw. menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang 'sok tahu' pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, "Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya 'kan?" Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.

Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, "Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja." Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber 'cahaya' yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, "Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus." Padahal, 'ilmu agama' adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.

2. Enggan Menulis

Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. "Ngerepotin," katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.

Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. "Susah," katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis 'sesuka hati'? Apa susahnya nulis di buku harian, misalnya, "Tentang ciri sok tahu, lihat al-'Alaq!"?

3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan

Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.

Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh 'tukang fatwa', semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.

4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham

Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai "Yang Maha Tahu", terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman: "Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan." (an-Najm [53]: 32)

Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan 'vonis hukuman mati'. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, "Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah."

5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain

Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).

Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, "Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya." Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, "Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil."

6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat

Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, "Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu...." dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, "Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu...." dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, "Menurut saya bla bla bla....", ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.

7. Suka Berdebat Kusir
Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.

Demikianlah beberapa ciri orang yang sok tahu menurut surat al-'Alaq dalam pemahamanku. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, semoga kita masing-masing dapat melakukan introspeksi dan memperbaiki diri sehingga kita tidak menjadi orang yang sok tahu. Aamien.



sumber : eramuslim
Baca Selengkapnya...

Kekuasaan, Pengikut dan Harta



Tak sedikit orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuasaan, pengikut, dan harta. Bahkan, ada pula orang-orang yang meraihnya dengan cara-cara yang tidak halal, seperti dengan menyuap, menipu, dan korupsi. Berkaitan dengan tiga hal tersebut, Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk yang jelas bagi umatnya.

Sabda beliau, sebagaimana diceritakan oleh Ubaid Ibnu Umar, ''Semakin bertambah kekuasaan seseorang, maka semakin bertambah pula jauhnya dengan Allah. Semakin banyak pengikut seseorang, maka semakin banyak pula setan-setannya. Dan, semakin banyak hartanya, maka semakin keras pula peng-hisaban-nya.''

Kekuasaan itu ibarat sebuah pohon. Semakin tinggi pohon, maka semakin besar angin menerpanya. Semakin tinggi kekuasaan, semakin besar pula godaan untuk menyalahgunakannya. Semakin luas kekuasannya, semakin luas pula yang diurusinya.

Karena itulah, seseorang yang kekuasaannya bertambah, sebagaimana hadis di atas, dapat menyebabkan seseorang semakin bertambah jauh dari Allah. Dan, jika seseorang bertambah jauh dari Allah, maka pertolongan Allah pun akan semakin sulit diraihnya. Akibatnya, ia dapat terjerumus pada kehinaan dan kenistaan hidup yang tidak hanya dirasakan di akhirat kelak, tapi juga di dunia. Sejalan dengan kekuasaan adalah banyaknya pengikut. Pengikut yang banyak bisa menjadi penolong jika mereka mengikuti secara positif dan proaktif. Mereka selalu memberikan koreksi dan berusaha meluruskan jika yang diikutinya melakukan kesalahan.

Sebaliknya, pengikut bisa pula menjadi bencana, jika mereka mengikuti secara buta. Mereka tidak mau mengoreksi, jika yang diikutinya salah. Tetapi, mereka malah membenarkan dengan dalih yang mereka sendiri tidak mengerti. Pengikut seperti inilah yang Rasulullah sinyalir sebagai setan-setan yang dapat menjerumuskan. Mengenai harta, Rasulullah telah mengajarkan bahwa setiap apa yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawaban. Artinya, semakin banyak harta yang dimiliki, maka akan semakin banyak pula yang harus dipertanggungjawabkan. Apalagi, apabila harta tersebut tidak pernah dikeluarkan zakat dan sedekahnya, maka siksa yang sangat dahsyat yang akan diterima.

Allah berfirman, ''Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan [yang ada] di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS 3:180).

Uraian di atas memberikan gambaran dan pesan singkat dari hadis Rasulullah SAW bahwasanya kita harus hati-hati dalam berusaha mendapatkan dan menjalani kekuasaan, pengikut, dan harta. Gunakanlah cara-cara yang elegan, proporsional, sederhana, dan halal dalam memperolehnya. Dan, yang tidak kalah penting adalah persiapkan diri dengan kematangan jiwa dan keimanan agar tidak salah dalam melangkah. 
Baca Selengkapnya...

Berorientasi untuk member kontribusi





Menjadi manusia itu pasti, tetapi menjadi shalih adalah pilihan. Memilih untuk memberi. Bukan berfikir untuk meminta. Padahal pada umumnya manusia cenderung mencari untung buat dirinya sendiri. Egois. Tapi ketahuilah justru dengan member kita menjadi memiliki.



Miliki harta sejati denagn berinfak. Miliki cinta dengan memberikan perhatian. Miliki kesempatan denagn beramal. Miliki cita-cita denagn karya. Miliki kesuksesan dengan proses berkesinambungan. Miliki waktu dengan berbakti. Miliki hati dengan berbagi. Miliki kepercayaan dengan keteladanan. Miliki keikhlasan dengan ketulusan. Dan miliki kebahagiaan dengan amal bermanfaat.

Pahlawan sejati hadir untuk berkarya.  Baca Selengkapnya...